Pagi pagi sekali hari senin tanggal 23 Juli kami berada di kantor
balai KSDA Lampung. Petugas dari balai KSDA dan Polhut akan melakukan
patroli rutin di cagar alam krakatau, saya pun ikut dalam tim tersebut
dengan tujuan bukan patroli tentunya, hehe. Saya akan melakukan evaluasi
komunitas terumbu karang di perairan cagar alam laut krakatau sebagai
skripsi saya. Tujuan pertama kami adalah dermaga canti yang berada di
lampung selatan, dermaga canti merupakan tempat penyebrangan yang biasa
digunakan untuk transportasi masyarakat yang akan menyebrang ke pulau
sebesi dan krakatau dari Lampung. Setelah menempuh perjalanan selama
kurang lebih1 jam kami akhirnya tiba di dermaga canti.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju pulau sebesi untuk
mempersiapkan bekal air tawar dan logistik selama di anak krakatau.
Dermaga Tejang sebesi menjadi penginapan kami selama satu malam. Deru
azan magrib berkumandang, segera kami menyantap hidangan ala kadarnya
untuk berbuka puasa. Suasana hangat dan akrab langsung menyerbak di
sekitar kami malam itu. Obrolan dan canda tawa melarutkan suasana
geladak kapal malam itu dan di tutup dengan suara redup radio cawang
yang mengantar kami tidur.
Sahur pun tiba, kami segera bersahur dan mempersiapkan segala sesuatu
untuk melanjutkan perjalanan menuju anak krakatau. Perjananan dari
pulau sebesi menuju anak krakatau memakan waktu 1,5 jam kurang lebih
sama dengan perjanan dari Dermaga Canti menuju pulau sebesi. Deru ombak
dan pemandangan lautan luas menemani perjalanan kami hingga akhirnya
kami tiba di anak krakatau.
Dari kejauhan tampak puncak anak krakatau yang gagah menjulang dengan
kepulan belerang yang luar biasa indah. Ditambah dengan 3 pulau yaitu
sertung, rakata dan panjang yang mengelilingi anak krakatau seolah tiga
pulau tersebut menjadi penjaga dan menunduk kepada sang “induk”, ya..
Anak Krakatau.. hamparan pasir hitam yang hangat dan bersih menyambut
kami. Tarikan nafas kagum menyusup kedalam rongga dada seolah tak
percaya bahwa saya telah tiba di kaki Gunung vulkanik yang legendaris
Anak Krakatau. Gunung yang kembali muncul ke permukaan pada tahun 1929
setelah terpangkas habis pada tahun 1883
Kami membuat tenda dan merapikan shelter yang menjadi tempat kami
bermalam di anak krakatau selama 7 hari kedepan. Pondokan yang biasa
dipakai oleh wisatawan lokal maupun asing menjadi pesanggrahan kami
sementara sebelum dipakai oleh wisatawan yang datang. Karena biasanya
wisatawan datang di hari libur seperti sabtu dan minggu.
Hari pertama kami di krakatau langsung kami isi dengan pengambilan data terumbu karang di pulau rakata tepatnya di legoan cabe
yang merupakan titik pertama dari sampel penelitian. Segera saya dan
mas F.D.A.Widodo sebagai pendamping pengambilan data langsung menyetel
perlengkapan SCUBA diving. Ternyata penyelaman ini diikuti pula oleh
bapak-bapak dari BKSDA dan Polhut yang menyelam bersama kami, mereka
adalah bapak Fahruddin (Kepala Seksi I Cagar Alam Laut Krakatau), Bapak
Nandri Yulianto (bidang PEH BKSDA Lampung), Bapak Iqbal dan Bapak Ahsan
Sebagai polhut.
Pemandangan alam laut yang luar biasa sontak membuat saya berdecak
kagum dalam hati, alangkah luar biasa indahnya pesona bawah laut alam
krakatau. Setelah mendapatkan titik yang diinginkan segera kami
melakukan pengambilan data dengan metode Line Intercept Transect
untuk mengetahui dan menghitung kondisi dan keanekaragaman terumbu
karang disini. Setelah 1 jam menyelam kami pun segera naik dan
beristirahat.
Selagi kami beristirahat kapal patroli yang kami pakai melanjutkan
tugasnya untuk berkeliling menjaga kawasan cagar alam dari aktifitas
apapun dari nelayan karena menurut bapak Fahrudin S.H (kepala seksi I
CAL Krakatau) zona cagar alam krakatau merupakan Zona Inti yang harus
steril dari kegiatan nelayan. Tak lama benar saja di kejauhan terlihat
kapal nalayan yang sedang menangkap ikan maka kami pun mendekati kapal
tersebut untuk memberikan pengertian bahwa mereka sebenarnya tidak di
benarkan melakukan aktifitas penangkapan ikan di zona cagar alam laut
krakatau.
Waktu menunjukkan pukul 15.00 WIB, kami pun segera merapat ke posko
di anak krakatau. Selagi anak buah kapal ( Asturi, Jefri, Firman, dan
Saipur) menyiapkan takjil kami pun berbincang mengenai konservasi dan
upaya yang telah dilaksanakan oleh BKSDA Lampung. Tak lupa juga para
Polhut bercerita mengenai pengalaman pribadi mereka selama bertugas,
semua itu membuat kami terlena dan tak terasa ternyata waktu berbuka
sudah tiba, maka kami berbuka puasa bersama. Saat asik menikmati
hidangan berbuka saya dikejutkan dengan suara gemersik. Saya sangat
penasaran ingin tau dan mencari sumber suara dan saya terkejut ternyata
suara tersebut berasal dari balik posko kami. Seekor biawak (Varanus salvator) dengan ukuran yang lumayan besar sedang merangkak, melenggak lenggok berjalan menuju belukar.
Kicau burung terdengar merdu di telinga saat pagi hari tiba, berbagai
jenis burung bertengger dengan indahnya. Beberapa jenis ular juga
kadang terlihat disekitar kami, sungguh luar biasa.
Cagar alam laut krakatau masuk kedalam wilayah administrasi Provinsi
Lampung. Memiliki luas sekitar 11.200 ha merupakan warisan dunia dan
laboratorium raksasa bagi ilmu pengetahuan. Cagar alam ini di kelola
oleh Balai KSDA Lampung dibawah Seksi I. Hutan suksesi di kaki krakatau
menyimpan segudang ilmu dan keanekaragaman hayati yang luar biasa. Mulai
dari vegetasi pionir, reptil, burung dan mamalia kecil hingga mamalia
terbang. Ditambah lagi dengan keanekaragaman hayati bawah laut,
ekosistem terumbu karang, ikan, moluska, dan mamalia laut seperti
lumba-lumba serta reptil seperti penyu.
Tanah kita memiliki potensi yang luar biasa, kita memiliki aset yang
selalu diperhatikan oleh dunia. Merupakan tanggung jawabv kita bersama
untuk menjaga kelestarian alam sekitar kita, karena semua ini bukan
hanya milik kita, tetapi juga anak cucu kita..
Salam lestari..
Bang penelitian disana gimana caranya yah, pengen juga penelitian disana ?
BalasHapus